Evaluasi Program CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment) dalam Pariwisata

Evaluasi Komprehensif Program CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment) untuk Keberlanjutan dan Kepercayaan Pariwisata

Pendahuluan

Sektor pariwisata global telah menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam beberapa tahun terakhir, terutama akibat pandemi COVID-19. Krisis ini tidak hanya menghentikan mobilitas dan perjalanan, tetapi juga secara fundamental mengubah ekspektasi wisatawan terhadap pengalaman berlibur. Prioritas utama kini bergeser dari sekadar hiburan dan kenyamanan menjadi aspek-aspek fundamental seperti kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan. Menanggapi perubahan paradigma ini, banyak negara, termasuk Indonesia, memperkenalkan dan mengimplementasikan program sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment) sebagai standar baru bagi pelaku usaha pariwisata.

Program CHSE dirancang untuk memberikan jaminan kepada wisatawan bahwa destinasi dan fasilitas pariwisata telah memenuhi protokol kesehatan dan kebersihan yang ketat, menjamin keamanan, serta berkomitmen terhadap praktik ramah lingkungan. Namun, pengenalan dan implementasi program saja tidak cukup. Untuk memastikan efektivitas, relevansi, dan keberlanjutan CHSE dalam jangka panjang, sebuah proses evaluasi yang komprehensif menjadi krusial. Artikel ini akan membahas secara mendalam pentingnya, metodologi, indikator kunci, serta tantangan dan manfaat dari evaluasi program CHSE dalam konteks pariwisata modern.

Memahami Program CHSE dalam Pariwisata

Program CHSE adalah inisiatif strategis yang bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan dan minat wisatawan dengan memastikan penerapan standar kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan lingkungan yang tinggi di seluruh rantai nilai pariwisata.

  1. Cleanliness (Kebersihan): Meliputi standar kebersihan fasilitas umum dan pribadi, seperti area lobi, kamar tamu, restoran, toilet, serta peralatan yang digunakan. Ini mencakup frekuensi pembersihan, penggunaan disinfektan yang tepat, dan ketersediaan fasilitas cuci tangan atau hand sanitizer.
  2. Health (Kesehatan): Berfokus pada protokol kesehatan yang harus dipatuhi, termasuk pemeriksaan suhu tubuh, pelacakan kontak, penanganan kasus darurat medis, ketersediaan fasilitas P3K, serta prosedur bagi staf yang sakit. Ini juga mencakup edukasi tentang praktik hidup bersih dan sehat bagi staf dan wisatawan.
  3. Safety (Keselamatan): Mencakup aspek keamanan fisik dan mental wisatawan dan staf. Ini melibatkan sistem keamanan seperti CCTV, prosedur evakuasi darurat, pelatihan staf dalam menghadapi situasi darurat, tanda-tanda peringatan, serta keamanan pangan.
  4. Environment (Lingkungan): Menekankan pentingnya keberlanjutan lingkungan dalam operasional pariwisata. Ini mencakup pengelolaan sampah yang efektif, efisiensi penggunaan air dan energi, pengurangan penggunaan plastik sekali pakai, serta promosi produk lokal dan ramah lingkungan.

Tujuan utama dari program CHSE adalah untuk menciptakan lingkungan pariwisata yang aman, nyaman, dan berkelanjutan, sehingga dapat memulihkan kepercayaan wisatawan, mendorong pemulihan ekonomi sektor pariwisata, dan meningkatkan daya saing destinasi di pasar global.

Kerangka Konseptual Evaluasi Program CHSE

Evaluasi program adalah proses sistematis untuk menentukan nilai atau manfaat suatu program. Dalam konteks CHSE, evaluasi bukan hanya sekadar memeriksa kepatuhan, tetapi juga mengukur dampak program terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Kerangka konseptual evaluasi yang dapat diterapkan mencakup beberapa jenis:

  1. Evaluasi Proses: Menilai bagaimana program diimplementasikan. Apakah prosedur sertifikasi dilakukan dengan benar? Apakah pelatihan staf memadai? Apakah sumber daya yang dialokasikan mencukupi? Evaluasi ini penting untuk mengidentifikasi hambatan dalam implementasi dan memastikan program berjalan sesuai rencana.
  2. Evaluasi Dampak/Hasil (Outcome/Impact Evaluation): Mengukur perubahan yang terjadi sebagai akibat dari program. Apakah kepercayaan wisatawan meningkat? Apakah jumlah insiden kesehatan atau keselamatan menurun? Apakah ada peningkatan kesadaran lingkungan? Evaluasi ini berfokus pada efek jangka pendek dan jangka panjang dari program.
  3. Evaluasi Efisiensi: Menganalisis rasio antara biaya program dan manfaat yang dihasilkan. Apakah investasi dalam program CHSE memberikan return on investment (ROI) yang sepadan bagi pelaku usaha dan destinasi?
  4. Evaluasi Relevansi: Menilai apakah program CHSE masih sesuai dengan kebutuhan dan prioritas terkini. Apakah standar yang ditetapkan masih relevan dengan perubahan tren pariwisata atau potensi ancaman baru?

Dengan menggabungkan jenis evaluasi ini, pemangku kepentingan dapat memperoleh gambaran yang holistik tentang kinerja program CHSE, memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih baik untuk perbaikan berkelanjutan.

Metodologi Evaluasi Program CHSE

Untuk melakukan evaluasi yang komprehensif, diperlukan metodologi yang sistematis dan terstruktur:

A. Perencanaan Evaluasi:

  • Menentukan Tujuan Evaluasi: Apakah tujuannya untuk mengukur tingkat kepatuhan, dampak terhadap kepercayaan wisatawan, atau efisiensi biaya?
  • Mengidentifikasi Pemangku Kepentingan: Siapa yang akan terlibat dalam proses evaluasi (pemerintah, asosiasi, pelaku usaha, wisatawan, masyarakat lokal)?
  • Menentukan Indikator Kunci: Indikator kuantitatif (misalnya, jumlah sertifikasi, tingkat insiden) dan kualitatif (misalnya, persepsi wisatawan, kualitas layanan).
  • Memilih Desain Evaluasi: Desain pra-pasca (membandingkan sebelum dan sesudah CHSE), atau studi kasus.

B. Pengumpulan Data:

  • Survei: Dilakukan terhadap wisatawan untuk mengukur persepsi mereka terhadap kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan keberlanjutan. Survei juga dapat dilakukan kepada pelaku usaha untuk mengetahui tantangan dan manfaat yang mereka rasakan.
  • Wawancara Mendalam (In-depth Interview): Dengan manajemen hotel, staf, auditor CHSE, pejabat pemerintah, dan pakar pariwisata untuk mendapatkan perspektif kualitatif.
  • Observasi Langsung: Mengamati implementasi standar CHSE di lapangan (misalnya, frekuensi pembersihan, ketersediaan fasilitas kebersihan, kepatuhan staf terhadap protokol).
  • Analisis Dokumen: Memeriksa laporan audit sertifikasi CHSE, standar operasional prosedur (SOP) pelaku usaha, data insiden kesehatan/keselamatan, laporan penggunaan energi/air, dan laporan pengelolaan limbah.
  • Focus Group Discussion (FGD): Melibatkan kelompok-kelompok pemangku kepentingan untuk menggali pandangan kolektif dan mencapai konsensus tentang isu-isu tertentu.

C. Analisis Data:

  • Analisis Kuantitatif: Menggunakan statistik deskriptif (rata-rata, persentase) dan inferensial (uji korelasi, regresi) untuk mengidentifikasi tren, hubungan, dan perbedaan yang signifikan.
  • Analisis Kualitatif: Melakukan analisis tematik dari transkrip wawancara dan catatan observasi untuk mengidentifikasi pola, tema, dan pandangan yang muncul.
  • Triangulasi Data: Menggabungkan berbagai sumber data (survei, wawancara, observasi) untuk memvalidasi temuan dan memberikan gambaran yang lebih kuat.

D. Pelaporan dan Rekomendasi:

  • Menyajikan temuan secara jelas dan objektif.
  • Menarik kesimpulan berdasarkan bukti yang ada.
  • Memberikan rekomendasi konkret dan actionable untuk perbaikan program.

Indikator Kunci dalam Evaluasi CHSE

Untuk mengukur efektivitas CHSE, beberapa indikator kunci dapat digunakan:

A. Cleanliness (Kebersihan):

  • Tingkat Kepatuhan: Persentase fasilitas yang memenuhi standar kebersihan (misalnya, frekuensi pembersihan area umum, ketersediaan sabun/disinfektan).
  • Persepsi Wisatawan: Tingkat kepuasan wisatawan terhadap kebersihan fasilitas (diukur melalui survei).
  • Audit Internal/Eksternal: Skor audit kebersihan yang diberikan oleh auditor.

B. Health (Kesehatan):

  • Prosedur Kesehatan: Ketersediaan dan kepatuhan terhadap prosedur pemeriksaan suhu, pelacakan kontak, dan penanganan kasus darurat.
  • Pelatihan Staf: Persentase staf yang telah menerima pelatihan tentang protokol kesehatan.
  • Insiden Kesehatan: Jumlah kasus penyakit menular atau keluhan kesehatan yang dilaporkan.
  • Ketersediaan Fasilitas: Aksesibilitas fasilitas P3K atau klinik kesehatan.

C. Safety (Keselamatan):

  • Tingkat Insiden: Jumlah insiden keamanan (pencurian, kecelakaan, kebakaran) yang dilaporkan.
  • Prosedur Darurat: Ketersediaan dan latihan evakuasi darurat.
  • Pelatihan Staf: Persentase staf yang terlatih dalam keselamatan dan penanganan darurat.
  • Keamanan Fisik: Kondisi infrastruktur keamanan (CCTV, pintu darurat, alat pemadam api).
  • Keamanan Pangan: Hasil inspeksi kebersihan dan keamanan makanan di restoran.

D. Environment (Lingkungan):

  • Pengelolaan Limbah: Volume limbah yang didaur ulang, dikurangi, atau dikelola secara bertanggung jawab.
  • Efisiensi Sumber Daya: Konsumsi air dan energi per tamu/malam, penggunaan energi terbarukan.
  • Produk Ramah Lingkungan: Persentase penggunaan produk pembersih, kosmetik, atau makanan lokal/organik.
  • Edukasi Lingkungan: Inisiatif untuk mengedukasi staf dan wisatawan tentang praktik ramah lingkungan.

E. Indikator Lintas Sektor:

  • Tingkat Sertifikasi: Jumlah pelaku usaha yang berhasil memperoleh sertifikasi CHSE.
  • Kepercayaan Wisatawan: Tingkat kepercayaan wisatawan terhadap destinasi yang telah bersertifikasi CHSE.
  • Dampak Ekonomi: Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan, tingkat hunian, dan pendapatan.
  • Pemahaman Staf: Tingkat pemahaman dan komitmen staf terhadap standar CHSE.

Tantangan dalam Evaluasi Program CHSE

Meskipun penting, evaluasi CHSE tidak luput dari tantangan:

  1. Standardisasi Indikator: Sulitnya menetapkan indikator yang seragam dan dapat diterapkan di berbagai jenis usaha pariwisata dengan skala yang berbeda.
  2. Keterbatasan Data: Ketersediaan data yang akurat dan lengkap, terutama data historis untuk perbandingan sebelum dan sesudah implementasi CHSE.
  3. Subjektivitas Pengukuran: Beberapa indikator, seperti persepsi atau komitmen, bersifat kualitatif dan memerlukan interpretasi yang hati-hati.
  4. Biaya dan Waktu: Proses evaluasi yang komprehensif memerlukan investasi waktu dan sumber daya finansial yang signifikan.
  5. Dinamika Perubahan: Standar dan kebutuhan dapat berubah seiring waktu (misalnya, munculnya pandemi baru atau perubahan regulasi), menuntut evaluasi yang adaptif.
  6. Keterlibatan Pemangku Kepentingan: Memastikan partisipasi aktif dan jujur dari semua pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah hingga pelaku usaha kecil.

Manfaat Evaluasi CHSE

Terlepas dari tantangan, manfaat dari evaluasi CHSE sangat signifikan:

  1. Peningkatan Kualitas dan Kepercayaan: Mengidentifikasi area kelemahan dan memperbaikinya, sehingga meningkatkan kualitas layanan dan membangun kepercayaan wisatawan.
  2. Pengambilan Keputusan Berbasis Data: Memberikan dasar yang kuat bagi pemerintah dan pelaku usaha untuk membuat keputusan strategis dan alokasi sumber daya yang lebih efektif.
  3. Identifikasi Area Perbaikan: Menyoroti praktik terbaik dan area yang memerlukan perbaikan, memungkinkan adaptasi dan inovasi program.
  4. Peningkatan Daya Saing: Destinasi yang secara konsisten dievaluasi dan ditingkatkan standar CHSE-nya akan memiliki keunggulan kompetitif di pasar pariwisata.
  5. Keberlanjutan Jangka Panjang: Memastikan bahwa program CHSE tetap relevan, efektif, dan efisien dalam mendukung pariwisata berkelanjutan.
  6. Akuntabilitas: Menunjukkan komitmen pemerintah dan industri pariwisata terhadap keselamatan dan kesejahteraan wisatawan serta pelestarian lingkungan.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Program CHSE telah menjadi fondasi esensial bagi pemulihan dan pembangunan kembali sektor pariwisata pasca-pandemi. Namun, keberhasilan jangka panjang program ini sangat bergantung pada evaluasi yang berkelanjutan dan komprehensif. Evaluasi bukan hanya alat untuk mengukur kinerja, melainkan juga instrumen vital untuk pembelajaran, adaptasi, dan perbaikan.

Untuk memastikan CHSE terus relevan dan efektif, direkomendasikan hal-hal berikut:

  1. Evaluasi Berkelanjutan: Menerapkan siklus evaluasi rutin, bukan hanya sebagai kegiatan one-off, tetapi sebagai bagian integral dari pengelolaan program.
  2. Kolaborasi Multi-Pihak: Melibatkan pemerintah, asosiasi industri, akademisi, dan komunitas lokal dalam proses evaluasi untuk mendapatkan perspektif yang beragam.
  3. Pemanfaatan Teknologi: Menggunakan platform digital untuk pengumpulan data survei, pelaporan insiden, dan pemantauan kepatuhan secara real-time.
  4. Fleksibilitas dan Adaptasi: Membangun mekanisme untuk mengadaptasi standar dan protokol CHSE sesuai dengan perubahan kebutuhan pasar, teknologi, atau potensi ancaman baru.
  5. Transparansi Hasil: Mempublikasikan ringkasan hasil evaluasi secara transparan kepada publik dan pemangku kepentingan untuk meningkatkan akuntabilitas dan kepercayaan.

Dengan evaluasi yang cermat dan tindakan perbaikan yang responsif, program CHSE tidak hanya akan menjadi jaminan keamanan bagi wisatawan, tetapi juga pilar utama dalam mewujudkan pariwisata yang lebih kuat, tangguh, dan berkelanjutan di masa depan. Investasi dalam evaluasi adalah investasi dalam masa depan pariwisata itu sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *