Kartu Prakerja Diperluas: Apakah Efektif untuk Pengangguran Baru?
Dinamika pasar kerja di Indonesia selalu bergerak, dipengaruhi oleh berbagai faktor mulai dari inovasi teknologi, pergeseran ekonomi global, hingga kondisi pandemi yang belum lama berlalu. Dalam menghadapi tantangan ini, pemerintah Indonesia meluncurkan program Kartu Prakerja sebagai salah satu inisiatif strategis untuk meningkatkan kompetensi angkatan kerja. Awalnya dirancang sebagai program semi-bantuan sosial yang juga menyediakan pelatihan, Kartu Prakerja kini telah berevolusi dan mengalami perluasan, dengan fokus yang lebih kuat pada peningkatan skill dan penyerapan tenaga kerja. Pertanyaan krusial yang muncul adalah: dengan perluasan ini, terutama sasarannya yang kini mencakup pengangguran baru, seberapa efektifkah Kartu Prakerja dalam menjawab kebutuhan mereka dan membantu mereka memasuki dunia kerja yang kompetitif?
Sejarah Singkat dan Evolusi Kartu Prakerja
Kartu Prakerja pertama kali diluncurkan pada April 2020, di tengah gejolak awal pandemi COVID-19. Pada fase awalnya, program ini memiliki dua pilar utama: bantuan sosial untuk meringankan beban ekonomi masyarakat yang terdampak pandemi, dan pelatihan daring untuk meningkatkan keterampilan. Model ini kerap disebut sebagai "semi-bantuan sosial" karena insentif yang diberikan cukup signifikan. Sasaran utamanya adalah pekerja yang terkena PHK, pekerja yang dirumahkan, atau pelaku UMKM yang usahanya terdampak.
Namun, seiring berjalannya waktu dan kondisi ekonomi yang mulai membaik, pemerintah melakukan penyesuaian. Mulai tahun 2023, Kartu Prakerja bertransformasi menjadi skema normal, yang berarti fokusnya bergeser sepenuhnya pada peningkatan kompetensi dan reskilling/upskilling angkatan kerja. Komponen bantuan sosial dikurangi, dan porsi untuk biaya pelatihan ditingkatkan. Perubahan ini juga diikuti dengan perluasan kriteria penerima, tidak hanya terbatas pada korban PHK atau pekerja terdampak, tetapi juga mencakup angkatan kerja muda yang baru lulus sekolah atau kuliah dan belum memiliki pengalaman kerja, atau yang biasa kita sebut sebagai "pengangguran baru."
Perluasan ini didasari oleh kebutuhan mendesak untuk membekali lulusan baru dengan keterampilan yang relevan dengan pasar kerja saat ini. Banyak pengangguran baru menghadapi tantangan berupa kesenjangan antara kurikulum pendidikan formal dan tuntutan riil industri. Kartu Prakerja diharapkan dapat menjembatani kesenjangan ini dengan menyediakan pelatihan yang spesifik, praktis, dan berbasis kebutuhan pasar.
Mekanisme dan Manfaat bagi Pengangguran Baru
Bagi pengangguran baru, Kartu Prakerja menawarkan serangkaian manfaat dan mekanisme yang dirancang untuk membantu mereka memulai karier. Prosesnya dimulai dengan pendaftaran daring melalui situs resmi Prakerja, diikuti dengan serangkaian tes motivasi dan kemampuan dasar. Setelah dinyatakan lolos seleksi, peserta akan mendapatkan saldo pelatihan yang dapat digunakan untuk memilih berbagai jenis kursus dari mitra platform digital yang bekerja sama dengan Prakerja.
Jenis pelatihan yang ditawarkan sangat beragam, mulai dari keterampilan digital (seperti digital marketing, coding, desain grafis), keterampilan teknis (misalnya barista, tata boga, operator alat berat), hingga soft skill (seperti komunikasi efektif, kepemimpinan, problem-solving). Pelatihan dapat dilakukan secara daring maupun luring, memberikan fleksibilitas bagi peserta.
Setelah menyelesaikan pelatihan dan mendapatkan sertifikat, peserta akan menerima insentif pasca-pelatihan serta insentif pengisian survei evaluasi. Meskipun insentif finansial ini bukan lagi menjadi daya tarik utama seperti pada fase awal, ia tetap berfungsi sebagai stimulus dan apresiasi atas partisipasi peserta.
Manfaat spesifik bagi pengangguran baru adalah:
- Akses Pelatihan Relevan: Mereka bisa mendapatkan pelatihan yang mungkin tidak diajarkan di institusi pendidikan formal, yang sangat dibutuhkan oleh industri.
- Peningkatan Daya Saing: Keterampilan baru yang didapat dapat menjadi nilai tambah di CV mereka, membuat mereka lebih menonjol di antara pelamar kerja lainnya.
- Jaringan dan Informasi: Melalui platform dan mitra pelatihan, mereka dapat terhubung dengan dunia industri dan mendapatkan informasi mengenai peluang kerja.
- Pengembangan Diri: Program ini membantu mengisi waktu luang dengan kegiatan produktif, membangun kepercayaan diri, dan memotivasi mereka untuk terus belajar.
Potensi Efektivitas untuk Pengangguran Baru
Efektivitas Kartu Prakerja bagi pengangguran baru dapat dilihat dari beberapa sudut pandang positif:
Pertama, relevansi keterampilan. Banyak pengangguran baru, terutama lulusan vokasi atau universitas, seringkali memiliki pengetahuan teoritis yang kuat tetapi kurang dalam keterampilan praktis yang dibutuhkan industri. Kartu Prakerja menawarkan pelatihan yang spesifik dan langsung dapat diaplikasikan, seperti keterampilan dalam bidang IT, data science, e-commerce, atau bahkan keterampilan jasa seperti perhotelan dan kuliner. Ini secara langsung dapat mengurangi skill mismatch yang menjadi salah satu penyebab pengangguran.
Kedua, peningkatan daya saing di pasar kerja. Dalam persaingan ketat, sertifikat pelatihan dari Kartu Prakerja dapat menjadi bukti konkret bahwa seseorang memiliki inisiatif untuk mengembangkan diri dan menguasai keterampilan baru. Ini bisa menjadi pembeda signifikan di mata perekrut, terutama bagi mereka yang belum memiliki pengalaman kerja.
Ketiga, stimulus ekonomi dan moral. Meskipun insentif finansial bukan lagi tujuan utama, ia tetap memberikan sedikit dorongan bagi peserta. Lebih penting lagi, kesempatan untuk belajar dan mengembangkan diri secara produktif dapat meningkatkan semangat dan motivasi pengangguran baru, membantu mereka menghindari perasaan putus asa dan mendorong mereka untuk terus mencari peluang.
Keempat, aksesibilitas dan jangkauan. Dengan sebagian besar pelatihan dilakukan secara daring, Kartu Prakerja memiliki potensi untuk menjangkau pengangguran baru di berbagai daerah, termasuk mereka yang tinggal di area yang akses ke lembaga pelatihan fisik terbatas. Ini demokratisasi akses terhadap pendidikan keterampilan.
Tantangan dan Kritik terhadap Efektivitas
Meskipun memiliki potensi besar, Kartu Prakerja juga menghadapi sejumlah tantangan dan kritik terkait efektivitasnya, terutama dalam konteks pengangguran baru:
Pertama, kualitas dan relevansi pelatihan. Tidak semua pelatihan yang tersedia di platform Kartu Prakerja memiliki kualitas yang setara. Beberapa pelatihan mungkin kurang mendalam, kurikulumnya tidak mutakhir, atau bahkan tidak sepenuhnya relevan dengan kebutuhan pasar kerja yang sesungguhnya. Bagi pengangguran baru, memilih pelatihan yang tepat dan benar-benar bermanfaat bisa menjadi tantangan tersendiri. Jika pelatihan yang diambil tidak relevan atau berkualitas rendah, waktu dan upaya yang dihabiskan bisa menjadi kurang efektif dalam membantu mereka mendapatkan pekerjaan.
Kedua, tingkat penyerapan kerja pasca-pelatihan. Pertanyaan terbesar adalah apakah pelatihan ini benar-benar langsung mengarah pada penyerapan kerja? Meskipun peserta mendapatkan sertifikat dan keterampilan, transisi dari "lulus pelatihan" menjadi "mendapatkan pekerjaan" masih membutuhkan faktor lain seperti jaringan, kemampuan wawancara, dan kesempatan yang tersedia di pasar. Data mengenai berapa persen pengangguran baru yang berhasil mendapatkan pekerjaan karena Kartu Prakerja masih perlu dianalisis lebih mendalam dan transparan.
Ketiga, motivasi insentif vs. pelatihan. Meskipun skema telah berubah, sebagian kecil peserta mungkin masih lebih termotivasi oleh insentif finansial daripada keinginan untuk benar-benar meningkatkan keterampilan. Hal ini dapat mengurangi efektivitas program secara keseluruhan dan menyebabkan pemborosan sumber daya.
Keempat, keterbatasan akses teknologi dan infrastruktur. Meskipun pelatihan daring menawarkan fleksibilitas, tidak semua pengangguran baru memiliki akses internet yang stabil atau perangkat yang memadai, terutama di daerah terpencil. Ini dapat menciptakan kesenjangan baru dalam akses terhadap program.
Kelima, kurangnya pendampingan pasca-pelatihan. Setelah menyelesaikan pelatihan, peserta seringkali dibiarkan berjuang sendiri mencari pekerjaan. Kurangnya layanan job matching atau pendampingan karier yang komprehensif dapat mengurangi dampak positif dari pelatihan yang telah mereka ikuti. Pengangguran baru seringkali membutuhkan lebih dari sekadar skill; mereka juga butuh bimbingan dalam menyusun CV, persiapan wawancara, dan strategi pencarian kerja.
Rekomendasi untuk Peningkatan Efektivitas
Untuk memaksimalkan efektivitas Kartu Prakerja bagi pengangguran baru, beberapa rekomendasi dapat dipertimbangkan:
- Peningkatan Kurikulum dan Kualitas Mitra Pelatihan: Perlu evaluasi ketat dan pembaruan berkala terhadap kurikulum pelatihan agar selalu relevan dengan kebutuhan industri. Mekanisme umpan balik dari industri dan alumni harus diperkuat untuk memastikan kualitas pengajaran.
- Kolaborasi Lebih Erat dengan Industri: Kemitraan yang lebih kuat dengan perusahaan dan asosiasi industri dapat membantu merancang pelatihan yang lebih sesuai dengan kebutuhan spesifik dan membuka jalur langsung untuk penempatan kerja (job placement). Model on-the-job training atau magang yang terintegrasi bisa sangat bermanfaat.
- Pendampingan Karier dan Job Matching: Program harus dilengkapi dengan layanan career counseling dan job matching yang lebih intensif pasca-pelatihan. Ini termasuk membantu peserta menyusun CV yang menarik, melatih wawancara, dan menghubungkan mereka langsung dengan perusahaan yang membutuhkan.
- Fokus pada Soft Skills dan Digital Literacy Universal: Selain hard skills, pengangguran baru juga sangat membutuhkan soft skills (komunikasi, kolaborasi, adaptasi) dan literasi digital dasar yang universal, karena ini adalah fondasi penting untuk berbagai jenis pekerjaan di era modern.
- Evaluasi Dampak yang Transparan dan Berkelanjutan: Pemerintah perlu secara rutin mempublikasikan data yang lebih rinci mengenai tingkat penyerapan kerja peserta Kartu Prakerja, khususnya dari kalangan pengangguran baru. Evaluasi ini harus dilakukan oleh pihak independen untuk memastikan objektivitas.
- Memperkuat Infrastruktur Digital: Mengatasi tantangan akses internet dan perangkat di daerah terpencil agar lebih banyak pengangguran baru dapat berpartisipasi tanpa hambatan.
Kesimpulan
Kartu Prakerja yang diperluas, dengan fokusnya pada peningkatan kompetensi dan sasarannya yang mencakup pengangguran baru, merupakan inisiatif pemerintah yang penting dan patut diapresiasi. Program ini memiliki potensi besar untuk membekali angkatan kerja muda dengan keterampilan yang relevan, meningkatkan daya saing mereka, dan mempercepat transisi mereka ke dunia kerja.
Namun, efektivitasnya tidak akan optimal tanpa perbaikan berkelanjutan. Tantangan terkait kualitas pelatihan, tingkat penyerapan kerja, dan kurangnya pendampingan pasca-pelatihan harus diatasi secara serius. Dengan evaluasi yang transparan, kolaborasi yang lebih erat dengan industri, dan layanan pendampingan karier yang komprehensif, Kartu Prakerja dapat menjadi jembatan yang lebih kokoh bagi pengangguran baru untuk menapaki karier mereka di tengah lanskap pasar kerja yang terus berubah. Ini adalah investasi jangka panjang dalam sumber daya manusia Indonesia, dan keberhasilannya akan sangat bergantung pada kemampuan program untuk terus beradaptasi dan berinovasi.