Berita  

Pertumbuhan Ekonomi RI Melambat ke 5,01 Persen pada Triwulan III 2025, Ini Penyebabnya

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun 2025 tercatat mengalami perlambatan dengan capaian sebesar 5,01 persen (year-on-year). Angka ini menurun tipis dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,04 persen. Meski perlambatan tersebut relatif kecil, data ini menunjukkan adanya tantangan baru yang perlu diwaspadai dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global dan dinamika domestik.

Kinerja Sektor Utama yang Menurun

Salah satu faktor utama penyebab perlambatan ekonomi adalah melemahnya kinerja sektor industri pengolahan dan perdagangan besar-eceran. Dua sektor ini selama ini menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi nasional. Penurunan permintaan ekspor dari sejumlah negara mitra, terutama Tiongkok dan Eropa, membuat output industri menurun. Selain itu, tekanan biaya produksi akibat fluktuasi harga bahan baku dan energi turut memperlambat laju pertumbuhan sektor manufaktur.

Sektor pertanian dan perikanan juga mengalami penurunan produktivitas akibat dampak perubahan iklim dan fenomena cuaca ekstrem yang melanda beberapa wilayah. Musim kemarau panjang menyebabkan penurunan hasil panen di sejumlah daerah sentra pangan seperti Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan.

Konsumsi Rumah Tangga Masih Jadi Penopang

Meski beberapa sektor mengalami tekanan, konsumsi rumah tangga tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran masyarakat, terutama untuk kebutuhan makanan dan minuman, masih tumbuh stabil di kisaran 4,8 persen. Namun, pertumbuhan ini belum cukup kuat untuk mengimbangi penurunan di sektor ekspor dan investasi.

Kecenderungan masyarakat menahan konsumsi barang tahan lama seperti kendaraan dan perabot rumah tangga juga menjadi sinyal kehati-hatian terhadap kondisi ekonomi ke depan. Hal ini tidak lepas dari faktor inflasi yang masih berada di kisaran 3,1 persen serta kenaikan biaya transportasi pasca penyesuaian harga bahan bakar.

Investasi dan Ekspor Mengalami Tekanan

Sektor penanaman modal tetap bruto (PMTB) atau investasi tumbuh melambat di tengah ketidakpastian global. Banyak investor menunda ekspansi proyek baru karena menunggu arah kebijakan ekonomi pemerintah pasca-transisi pemerintahan. Selain itu, suku bunga global yang masih tinggi membatasi aliran investasi asing ke negara berkembang, termasuk Indonesia.

Dari sisi perdagangan luar negeri, ekspor Indonesia turun sekitar 2,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Harga komoditas unggulan seperti batu bara, kelapa sawit, dan nikel mengalami koreksi di pasar internasional, sehingga menekan pendapatan ekspor nasional. Di sisi lain, impor barang konsumsi dan bahan baku justru meningkat, memperlebar defisit neraca perdagangan.

Kebijakan Pemerintah dan Prospek Akhir Tahun

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia menyatakan akan terus menjaga stabilitas ekonomi dengan kombinasi kebijakan fiskal dan moneter yang adaptif. Insentif pajak untuk industri padat karya dan percepatan realisasi belanja modal diharapkan mampu mendorong pertumbuhan pada triwulan IV 2025.

Selain itu, proyek-proyek infrastruktur besar seperti pembangunan jalan tol, pelabuhan, dan transportasi massal diproyeksikan memberikan efek berganda terhadap lapangan kerja dan konsumsi domestik. Pemerintah juga memperkuat kerja sama perdagangan dengan negara-negara Asia Selatan dan Timur Tengah untuk memperluas pasar ekspor non-tradisional.

Kesimpulan

Perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke 5,01 persen pada triwulan III 2025 menjadi pengingat bahwa tantangan global dan domestik masih nyata. Tekanan ekspor, fluktuasi harga komoditas, serta penurunan investasi menjadi faktor utama yang perlu segera direspons. Namun, dengan fondasi ekonomi yang masih solid dan kebijakan yang tepat, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjaga stabilitas dan bahkan mempercepat pertumbuhan di akhir tahun.

Dengan langkah koordinatif antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, diharapkan ekonomi nasional dapat tetap tumbuh di atas 5 persen dan terus berkontribusi terhadap kesejahteraan rakyat secara berkelanjutan.

Exit mobile version